Mendeteksi Gejala Penyakit Hati

04.07


Hati adalah pusat cerminan pribadi, tabiat dan sifat seseorang. Apabila hati ini baik, maka manusia tersebut akan memiliki sifat yang terpuji. Namun jika hati tersebut tidak baik, maka tidak baik juga orang yang bersangkutan. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW:“Ketahuilah, sesungguhnya pada setiap jasad ada sekerat daging, apabila dia baik maka baik seluruh anggota jasad, apabila dia jelek maka jelek semua anggota jasad, ketahuilah dialah hati (HR. Bukhori)


Sebaiknya kita selalu menjaga hati kita agar tidak menjadi keras dan selalu membersihkan hati kita dari segala macam penyakit hati. Perhatikan firman-Nya berikut ini: “Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal di antara batu itu sungguh ada yang mengalir sungai daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan.” (Surah Al-Baqarah ayat: 74)


Katakanlah: “Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Surah Ali Imran ayat: 26) Membaca ayat ini, Insya Allah bisa membantu melembutkan hati dan membuat kita bertafakur merenungi kelemahan kita dan Kekuatan Allah SWT.


Kekerasan hati bisa membunuh iman secara perlahan-lahan. Apakah ada diantara kita yang pernah mengalami hal-hal seperti yang diuraikan di bawah ini. Jika jawabannya iya, maka hati-hatilah, karena semua hal-hal di bawah ini adalah tanda-tanda dari keimanan kita yang merosot, yang bisa mengakibatkan hati kita menjadi keras, yang jika dibiarkan bisa mengakibatkan hati kita menjadi sakit :
Ketika kita tidak tekun dalam beribadah, tidak khusyu’ dalam shalat. tidak menyimak ketika ayat-ayat Al-Qur’an dibacakan, tidak khusu’ saat berdoa. Menjalankan ibadah hanya sebagai rutinitas yang mau tidak mau, harus dijalankan, beribadah tanpa ruh. Ketahuilah, Rasulullah SAW. bersabda, “Tidak akan diterima doa dari hati yang lalai dan main-main.” (Tirmidzi, hadits nomor 3479) 

Ketika kita merasa malas untuk melakukan ketaatan dan ibadah, atau bahkan malah malalaikannya, dan tidak ada rasa sesal/rasa berdosa dan merasa biasa saja waktu kita melalaikan shalat. Ketika kita tidak mengutamakan shalat di awal waktu shalat dan menunda-nunda mengerjakan shalat serta mengerjakan shalat ketika waktu shalat sudah mau habis. Menunda-nunda pergi haji padahal kita mampu. Menunda-nunda pergi shalat jumat dan lebih suka berada dibarisan/shaff shalat yang paling belakang. Perhatikan sabda Rasulullah SAW berikut ini: “Masih ada saja segolongan orang yang menunda-nunda mengikuti shaff pertama, sehingga Allah pun menunda keberadaan mereka di dalam neraka.” (Abu Daud, hadits nomor 679). 

Hati-hatilah bila kita mulai merasa malas dan tidak antusias melakukan tahajut, tidak segera ke masjid ketika mendengar panggilan adzan, enggan mengerjakan shalat dhuha dan shalat sunnah lainnya, malas membaca Al Quran dan menunda-nunda membayar utang puasa Ramadhan, padahal kita dalam keadaan sehat dan mampu melakukan. Bila kita mengalami semua itu, waspadalah, semua itu menunjukkan tanda-tanda kemerosotan iman dan ada penyakit dalam hati kita. 

Melakukan kedurhakaan atau dosa, hati-hatilah, sebab perbuatan dosa jika dilakukan berkali-kali akan menjadi kebiasaan. Jika sudah menjadi kebiasaan, maka segala keburukan dosa akan hilang dari penglihatan kita. Akibatnya, kita tidak akan malu lagi, mengakui dan atau melakukan perbuatan durhaka dan dosa secara terang-terangan. Ketahuilah, Rasululllah SAW. pernah berkata, “Setiap umatku mendapatkan perindungan afiat kecuali orang-orang yang terang-terangan. Dan, sesungguhnya termasuk perbuatan terang-terangan jika seseorang melakukan suatu perbuatan pada malam hari, kemudian dia berada pada pagi hari padahal Allah telah menutupinya, namun dia berkata Hai fulan, tadi malam aku telah berbuat begini dan begini,’ padahal sebelum itu Rabb-nya telah menutupi, namun kemudian dia menyibak sendiri apa yang telah ditutupi Allah dari dirinya.” (Bukhari, 10/486) 

Saat hati kita merasa tidak lapang, dada terasa sesak, merasa tidak nyaman dengan tingkah laku orang di sekitar kita. Suka memperkarakan hal-hal kecil, membesar-besarkan dan mempersulit masalah, mudah tersinggung dan marah. Padahal Rasulullah SAW bersabda “Iman itu adalah kesabaran dan kelapangan hati.” (As-silsilah Ash-Shahihah, nomor 554)
Ketika kita tidak tersentuh oleh kandungan ayat-ayat Al-Qur’an, ketika kita merasa bosan dan malas untuk mendengarkan dan atau membaca Al-Qur’an. Ketahuilah, Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” (Al-Anfal:2)
Ketika kita terobsesi akan ketenaran dan suka publikasi, popularitas. Dan kita berbangga diri dengan keberhasilan dan ketenaran kita. Perhatikan firman Allah SWT berikut ini “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (Luqman:18) 

Ketika kita malas berdoa kepada-Nya, hingga walaupun kita mengangkat tangan untuk berdoa, tapi cepat-cepat menyudahinya. Disaat kita tidak lagi memiliki getaran hati dalam doa kita. Maka hati-hatilah, karena Allah telah mensifati orang-orang munafik seperti tertulis dalam firman-Nya: “ Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali”. (An-Nisa:142) 

Ketika kita merasa gembira dan senang jika ada saudara sesama muslim mengalami kesusahan. Dan kita merasa sedih jika ada orang yang lebih unggul dari kita dalam beberapa hal. Ingatlah, Rasulullah SAW bersabda: “Tidak ada iri yang dibenarkan kecuali terhadap dua orang, yaitu terhadap orang yang Allah berikan harga, ia menghabiskannya dalam kebaikan; dan terhadap orang yang Allah berikan ilmu, ia memutuskan dengan ilmu itu dan mengajarkannya kepada orang lain.” (hadits Bukhari nomor 71 dan hadits Muslim nomor 1352).


Apabila ada dari kita yang mulai menemukan salah satu atau keseluruhan dari gejala kemerosotan iman yang bisa mengakibatkan hati kita menjadi keras dan menimbulkan penyakit hati, maka sebelum terlambat, sadarilah dan perbaikilah segera. Karena mendeteksi gejala penyakit hati sejak dini, akan lebih mudah mengobatinya, daripada mengobati hati yang sudah terlanjur keras dan sakit.


Source:

http://jalandakwahbersama.wordpress.com


http://dewiyana.cybermq.com

You Might Also Like

0 komentar